#1 Ketika Hujan
#supershortstory #sss #starts
#2
Angin kembali menyapa sore. Membawa sahabat dekatnya, hujan. Cukup deras untuk
menghentikan langkah Arlyn di koridor sekolah. #sss
#3
Terduduk di sebuah bangku panjang di depan ruang kelas XII IPS 2, Arlyn melepas
penunjuk waktu yg melingkar di pergelangan tangan kanannya. #sss
#4
Jam 16:02. Sepi. Seharusnya dia sudah sampai di rumah satu jam yang lalu.
Membaca sebuah karya Ally Carter ditemani cokelat panas. #sss
#5
Namun tugas kelompok membuatnya harus tinggal sejenak di ruang kelasnya.
Menyelesaikan bagian temannya yang tidak datang karena sakit. #sss
#6
Dan ketika tiba waktu untuk pulang, hujan menyambut dengan derasnya. Tidak
mungkin dia memaksakan diri bersepeda di bawah hujan sore ini. #sss
#7
"Belum di jemput, Arlyn?" Sebuah suara mengejutkan lamunan Arlyn.
Seorang wanita sudah berdiri di sampingnya. #sss
#8
"Eh, Miss Atha. Saya naik sepeda kok, Miss," ucap Arlyn sedikit
gugup. #sss
#9
"Mau barengan sama saya?" tanya Miss Atha sambil membuka payung
berwarna ungu ditangannya. #sss
#10
"Oh, tidak Miss, terimakasih. Rumah saya dekat kok. Saya nunggu reda saja
Miss," sahut Arlyn. #sss
#11
"Baiklah. Saya duluan ya." Arlyn mengangguk. Di perhatikannya guru
pelajaran Bahasa Indonesia itu melangkah menuju mobil hitam di sebelah
sepedanya. #sss
#12
Koridor itu kembali sepi. Hanya ada beberapa satpam yang berjaga di pos depan.
#sss
#13
Hujan belum juga reda. Arlyn mulai membuka buku Science Matter dan
membolak-balik halamannya. #sss
#14
Pelajaran IPA selalu membuatnya berdebar. Namun bukan guru maupun temannya yang
membuatnya khawatir. #sss
#15
Arlyn harus belajar keras hanya untuk mendapatkan nilai cukup untuk Biologi dan
Fisika. #sss
#16
"Hey," sebuah suara mengejutkannya lagi. #sss
#17
"Oh! Hey," Arlyn terperanjat. Seorang cowo sudah berdiri di depannya.
Buku Science Matter itu terjatuh dari tangannya. #sss
#18
"Wah rajin nih," kata cowo itu sembari mengambil buku Arlyn yang
terjatuh. #sss
#19
"Eh, engga. Buka-buka aja," sahut Arlyn, gugup. Dia pernah melihatnya
di kantin sekolah. Namun tidak tahu namanya. #sss
#20
"Aku Darren. Kamu pasti Arlyn anak IPA 3," ucap cowok itu sambil
mengulurkan tangannya. #sss
#21
"Eh iya, Arlyn. Oh, Darren, pernah dengar. Cowonya Joanna ya? Dia ga masuk
hari ini," Arlyn menyambut uluran tangan Darren dengan canggung. #sss
#22
Tatapan mata cowo itu membuat Arlyn tertegun.
#sss
#23
Darren tidak menjawab pertanyaan Arlyn. Hanya tersenyum. Dan semakin membuat
Arlyn kikuk. #sss
#24
"Nungguin siapa?" tanya Darren. Dia pun meletakkan tas hitamnya di
lantai dan duduk di samping Arlyn. #sss
#25
"Em, nunggu ujan reda aja," jawab Arlyn. #sss
#26
"Besok lagi bawa payung ya," ucap Darren sambil menatap Arlyn, sekali
lagi. #sss
#27
Arlyn hanya tersipu. Cowo itu ternyata cukup ramah. Tidak seperti yang dia kira
selama ini. Cuek. Misterius. #sss
#28
Mereka pun mengobrol sambil menunggu hujan reda. Banyak hal yang belum
diketahui Arlyn tentang Darren. #sss
#29
Namun yang membuat Arlyn takjub, Darren mengetahui banyak hal tentang dirinya.
Arlyn pun semakin kagum. #sss
#30
Apakah Arlyn menaruh hati? Tidak. Tidak. Arlyn menjauhkan pikiran itu. Tidak
mungkin dia merebutnya dari Joanna. #sss
#31
Tapi mengapa dia berdebar-debar? Mengapa dia tertegun ketika menatap matanya?
Mengapa? #sss
#32
Deru mobil yang mendekat sejenak membuyarkan lamunan kecil Arlyn. #sss
#33
"Eh, aku sudah di jemput. Aku duluan ya," ucap Darren melangkahkan
kakinya meninggalkan Arlyn. #sss
#34
"Oh. Ya," Arlyn hampir tidak mampu berucap. Dia hanya bisa menatap
kepergian Darren bersama mobilnya. #sss
#35
Mobil itu bergerak pelan, lalu berhenti. Darren membuka pintu dan berlari di
bawah hujan menghampiri Arlyn. #sss
#36
"Hey, ak titip surat buat Joanna bisa?" tanya Darren sambil
mengibaskan rambutnya yg basah. #sss
#37
Arlyn mengangguk. Walaupun saat itu dia tidak tahu apakah dia harus bersyukur
atau kecewa. #sss
#38
"Boleh pinjam pena sama kertas?" tanya Darren sekali lagi. Arlyn
mengeluarkan selembar kertas kosong dan pena biru. #sss
#39
Darren mulai menulis sesuatu. Di lipatnya kertas itu menjadi dua dan di
berikannya ke tangan Arlyn. #sss
#40
"Eh, kamu barengan aku aja pulangnya. Nanti bilang pak satpam aja nitip
sepeda kamu," ucap Darren. #sss
#41
Arlyn pun mengiyakan. Setelah berpesan kepada pak satpam yang sedang jaga.
Mereka pun akhirnya pulang. #sss
#42
Tidak ada yg terucap dari bibir Arlyn selama perjalanan. Ternyata Darren pun
telah mengetahui di mana rumahnya. #sss
#43
"Terimakasih ya," ucap Arlyn sambil berlari masuk ke rumah. #sss
#44
Sesampainya di dalam kamar, Arlyn tertegun. Masih di pegangnya selembar kertas
dari Darren untuk Joanna. #sss
#45
Mengapa dia harus membawa surat itu? Mengapa kertas itu hanya terlipat satu
kali? Bolehkah dia membukanya? #sss
#46 Arlyn terduduk di kursi kamarnya.
Jemarinya membuka lipatan kertas itu. Pelan. #sss
#47
Memang, Joanna lah yang paling pantas dengan cowo itu. #sss
#48
Arlyn mulai membaca tulisan berwarna biru itu. #sss
#49 "Hey, Arlyn.
Aku tahu kamu akan membaca tulisan ini. Joanna itu saudara sepupuku. Segera
mandi ya. I will call you soon. Darren." #sss
0 comments:
Post a Comment
What do you think about the story?