“Halo. Eh. Kelas Duabelas IPA Dua sebelah mana ya?” Agnes menghentikan
langkahnya tepat di depan seorang siswa cowo yang sedang memarkirkan motornya.
Masih cukup pagi untuk memulai pelajaran hari ini di sekolah baru. Agnes masih
punya waktu kira-kira satu jam untuk baca-baca buku pelajaran atau sekedar
berkenalan dengan teman-teman baru dan kelas baru.
“Oh. Duabelas IPA dua
ya?” Cowo bermata sayu itu menoleh sambil mengunci motornya, “Lurus aja. Nanti
ketemu taman anggrek, belok kiri.”
“Makasih ya. Sorry aku belum hafal,” ucap Agnes gugup, mencoba terbiasa
menggunakan kata “aku”, bukan “gue”. Dia tidak mau di cap terlalu “Jakarta”
oleh teman-teman barunya nanti. Mereka mulai berjalan memasuki halaman dalam
sekolah. Sebuah baliho besar tergantung di atas gerbang dengan tulisan “Welcome
to the Green School, SMU Negeri 2 Yogyakarta”.
“Santai aja. Nanti juga
hafal. Kelas Sepuluh ya? Mau cari siapa di Duabelas IPA Dua?” tanya cowo itu
sambil merapikan jaket hitamnya. Tidak ada senyum dari cowo itu. Tetapi, tidak
juga ada nada ketus yang terucap.
“Eh. Aku. Aku kelas
Duabelas. Duabelas IPA Dua. Baru pindah,” jawab Agnes masih cukup gugup, namun
dia berusaha tuk tersenyum.
“Wah kirain kelas
Sepuluh. Panggilnya kakak sapa nih?” cowo itu mulai tersenyum dan mengulurkan
tangannya.
Agnes pun menyambutnya,
“Agnes aja.”
“Aku Ari. Kalau butuh
bantuan, datang aja ke kelas seberang,” Ari tertawa kecil.
Agnes hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Keduanya masih berjalan
beriringan melewati koridor utama. Hanya ada beberapa siswa yang mereka temui
sepanjang koridor. Pintu-pintu kelas sudah dibuka semua, tapi belum banyak guru
yang datang. Seseorang berseragam Cleaning Service tampak sibuk mengeluarkan
bak sampah kosong dari dalam kelas.
“Pripun Pak Danu? Semangat?” Ari
menepuk punggung orang itu dengan ramah.
“Wah semangat terus saya,” sahut Pak Danu dengan senyum lebarnya.
“Sip, Pak.”
Agnes tersenyum lega melihat keakraban kedua orang itu. Dalam hati dia
berharap semoga sekolah barunya ini juga mempunyai suasana yang sama. Akrab.
“Eh kakak. Aku ke ruang OSIS dulu ya. Mau ambil bola, kemarin
ketinggalan,” ucap Ari sambil menunjuk sebuah ruang di ujung kanan.
“Oh, oke. Aku lurus aja kan?” tanya Agnes memastikan dia tidak tersesat di
sekolah barunya.
“Iya. Jangan lupa belok kiri ya. Hehe. Sampai ketemu, kakak,” Ari pun
berbelok ke kanan menuju sebuah ruang kecil dengan pintu berwarna biru tua.
***
Agnes melanjutkan langkahnya sambil mencoba menghafalkan ruang-ruang baru
yang dilewatinya. The Little Things She Needs hitam menemani langkahnya. Rambutnya
yang panjang melambai tertiup angin pagi itu. Seragamnya masih terlihat baru
dan rapi. Jika papanya tidak dipindahtugaskan ke Jogja, mungkin Agnes tidak
perlu beradaptasi dengan suasana baru seperti ini. Namun apa boleh buat, dia
harus pindah sekolah di pertengahan semester pertama kelas Duabelas. Kalaupun
tetap tinggal di Jakarta, dia harus tinggal sendiri dan mengurus rumah sendiri
karena mama dan kedua adiknya ikut pindah juga ke Jogja. Kebetulan bisnis alat
tulis yang dikelola mamanya sedang membangun gedung distribusi baru disana.
Agnes hanya berharap dia bisa berbaur dengan teman-teman baru dan juga bisa
mengikuti pelajaran dengan baik.
Tak terasa Agnes sampai di sebuah taman kecil. Beberapa jenis bunga
anggrek memenuhi taman itu. Pantas saja diberi nama taman anggrek. Mengingatkannya
pada sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta dengan nama yang sama. Tempat dia
dulu berkumpul atau sekedar jalan-jalan dengan teman-teman lamanya.
Agnes berbelok ke kiri. Di lihatnya papan kecil di atas pintu kelas. Kelas
Duabelas IPA Dua adalah ruang kedua setelah Duabelas IPA Satu. Masih ada empat
ruang lagi setelah ruang kelasnya. Tapi Agnes tidak yakin apakah itu kelas
Duabelas IPA atau IPS. Tepat di depan deretan kelas itu adalah sebuah taman
rumput dengan kolam ikan ditengahnya. Di seberang tampak berjejer ruang-ruang
kelas juga. Tepat di seberang ruang kelasnya adalah kelas XI IPS 2. Ternyata
Ari masih kelas Sebelas.
Agnes masuk ke ruang
kelasnya yang baru. Belum ada yang datang selain dirinya. Kelas itu tampak
sepi. Tidak banyak poster ataupun karya siswa yang tertempel di dinding. Di
bulan September seperti ini, kelas lamanya pasti sudah penuh dengan poster
ataupun project buatan anak-anak
sekelas. Masih teringat saat dia terakhir kali menempelkan sebuah poster besar
bergambar Manga muka teman-teman sekelasnya di pintu masuk ruang kelas lamanya,
XII Science 1. Agnes memang cukup berbakat dalam menggambar. Dia berharap masih
bisa menyempatkan diri menggambar di kelas Duabelas ini sebelum bersiap untuk
Ujian Akhir.
***
“Ping.” Sebuah notifikasi
BBm masuk menghentikan lamunannya.
Diambilnya sebuah dompet berwarna ungu dari dalam tas hitamnya. Dompet yang
cukup besar untuk memuat sebuah BlackBerry
didalamnya. Setelah memilih silent mode,
dibacanya satu BBm yang barusaja masuk. Dari Aldo Changgrawinata.
“Morn dear.. Have a nice
FDS.. Miss u.. J..”
Agnes tersenyum membaca pesan itu. Walaupun singkat, kata-kata cowonya
sudah membuat dia bersemangat. Kini mereka harus menjalani Long Distance Relationship setelah kepindahannya ke Jogja.
Memikirkan hal itu membuatnya termenung.
“Hei.. Thank you.. Smoga
lancar aj hari ni.. First Day of School.. Ahaha.. I feel like a ten grader..
Miss u too there.. J..”
“Agnes ya?” Baru saja
Agnes menekan tombol send message, sebuah
tepukan di lengan kirinya membuatnya cukup tersentak. Seorang cewe dengan
rambut ikal sudah berada didepannya dengan senyum lebar.
“Oh, hey. Iya. Agnes.
Kamu?” Agnes pun ikut tersenyum dan mengulurkan tangannya.
“Aku Sita. Kamu anak baru
itu kan? Soalnya kemarin Bu Henny bilang bakal ada anak baru di kelas ini,”
ucap Sita meyakinkan.
“Iya. Ini kelas XII IPA 2
kan?”
"Betul. Wah senang sekali
dapet temen baru loh. Tapi yang sabar ya, soalnya temen-temen tu ributnya minta
ampun kalau di kelas. Tapi tidak apa. Daripada kelas lain yang sepiiii…,” ucap
Sita dengan penuh semangat.
Agnes tersenyum mendengar
Sita yang masih bersemangat menceritakan tentang kelasnya. Sepertinya tidak
akan jauh berbeda dengan kelas lamanya di Jakarta, ribut. Masih teringat ketika
dia dan teman-teman sekelasnya dimarahi oleh Miss Silvi, kepala sekolahnya
dulu, karena ribut sekali di dalam kelas sampai terdengar dari kelas lain. Seperti
biasa, sehabis kelas Physical Education pasti masih ada sisa waktu buat ganti
baju dan bersiap-siap. Itu adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan hobi
teman-teman, ngobrol, teriak-teriak, ribut di kelas. Apalagi, guru yang
mengajar sudah kembali ke ruangannya.
“Heh, ngelamun aja!” seru
Sita. Agnes tampak terkejut.
“Eh, haha. Maaf. Aku keinget
temen-temen lama,” ucap Agnes tersipu.
“Tenang, temen-temen
disini juga seru kok,” kata Sita, yakin.
“Sepertinya iya,” Agnes
tersenyum, “Eh, bolehkah lihat jadwal hari ini?” lanjutnya.
“Boleh,” ucap Sita
berbinar. Dia pun berjalan ke sebuah soft
board dan menunjukkan barisan jadwal pelajaran kelas itu dalam seminggu.
*to be continued for some weeks*
*be patient, jadilah pasien* :D